Tampilkan postingan dengan label Bandung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bandung. Tampilkan semua postingan

Senin, 31 Januari 2022

ada yang nungguin

Pulang ke rumah kost setelah seharian beraktivitas di luar itu sangat melegakan. 


Ditambah ada yang nyambut dan nungguin. Buat sebagian orang di usia saya yaa yang nungguin di rumah bisa anak, bisa istri, bisa suami, atau pasangan. Tapi buat sebagian lain yang nungguin bisa beda-beda. Ada yang ditungguin drakor, ada juga yang ditungguin anak peliharaan seperti yang nunggu saya. Yes, siapa lagi kalo bukan kucing-kucing imut nan kiyowo. Biasa Mentel sama Cindut udah stand by depan kamar. Kadang juga Tomeng ikut nangkring sambil tiduran manja di atas rak sepatu. Itu anabul yang memang sengaja saya kasih makan tiap hari. 


Selain trio kwek-kwek di atas, ada lagi yang nunggu. Bos-bos liar ini biasanya udah ready dan marah-marah depan gerbang kost. Baru liat motor aja mereka udah posisi siap 'meow meow' dengan nada tinggi dengan muka galak gemes. Tukang palak liar. Ada dua kitten sekitar 4 sampe 5 bulan yang rutin saya kasih makan sejak brojol. Induknya hamil lagi sewaktu mereka umur 2 bulan. Alhasil dua piyik ini yatim piatu. Saya belum memberi nama kepada keduanya. Kalau manggil mereka ya dengan sebutan boss. Lagaknya memang seperti boss. Suka merintah ngasih makan. Duh gemes sekaligus jengkel kalo lagi capek tuh mereka tetep aja ngeong ga peduli pokoknya harus makan!


Lain dari piyik, ada yang namanya Betmen. Kucing tetangga musuh bebuyutan Tomeng. Sama-sama jantan dan petarung handal. Sebenernya Betmen punya rumah tapi dia rutin minta makan ke sini. Kalo ngga dikasih, tempat sampah diberantakin, rak sepatu, meja, pintu, dipipisin. Ampun deh.


Kadang aku ngasih makan mereka di depan kamar tapi lebih sering di luar / halaman. Biar aman. Kenapa? Soalnya bapak kost udah ngelarang ngasih makan depan kamar, hampir diusir juga gegara koceng. Kalau dipikir-pikir, banyakan kucing daripada yang nge-kost di sini. Wajar ngga sih kalo kita lebih deket ke binatang yang selalu ada dan nemenin di saat semua orang pindah, pulang kampung, atau mengurusi hidup mereka masing-masing ? Kucing bisa bikin happy padahal cuma lagi guling-guling di lantai. Serasa ada energi baru yang ngisi jiwa ini.


Barusan juga ngasih makan dua piyik di luar, deket tempat sampah tapi makanannya saya alasin plastik biar ngga kotor. Biasanya saya ngasih makan di atas jam 10 malam setelah angkringan di depan gerbang tutup. Tapi karena tadi si dua piyik ini ngeong terus karena laper dan seharian siang tadi ngga saya tinggalin makanan, jadi langsung aja saya kasih makan pas saya sampai kost. Saya kasih mereka DF. Mereka belum kenyang mungkin, jadi itu piyik bunyi lagi. Kali ini saya kasih ayam. Eh gak lama yang jualan di angkringan dateng dan kayaknya mau buang tu ayam tapi saya nyapa beliau lebih dulu secara tiba-tiba dengan keluar kost. Akhirnya ngga jadi deh tuh ditendang.


Beliau memang anti sama kucing, ga jarang suka nendang, ngusir pake ngelempar batu, atau mukul pake gagang sapu. Makanya itu saya suka tiba-tiba ke luar pas beliau udah ancang-ancang mau mukul, atau merhatiin dia diem-diem. Bukan beliau aja tapi nurun ke anak-anaknya juga. Suka sembarangan ke kucing, ayam, dan lainnya. Tapi anaknya pelihara burung merpati buat dilatih adu terbang gitu.


Btw, ini mata berat banget. Karena seharian motoran dan panas-panasan energi jadi 0% deh.

Sambung besok ya..

Jumat, 08 Maret 2019

Scaling Gigi di RSGM FKG UGM dan RSGM Bandung, which one is better ?

Hai, hows the holiday going ? 
Teruntuk teman-teman hinduku yang merayakan Hari Raya Nyepi, selamat ya, dan terima kasih untuk hari liburnya. Hehehe.

Di post kali ini, aku mau nyeritain pengalamanku scaling gigi, khususnya pengalaman di RSGM Prof. Soedomo FKG UGM. Dan disini aku mau mencoba mencari perbedaan perawatan di RSGM UGM dan di RSGM di Bandung, well cause I used to live in Bandung for a decade. 

Beberapa tahun ke belakang aku mulai membiasakan diri untuk scaling gigi atau membersihkan karang gigi, kenapa? karena punya gigi yang bersih itu nyaman banget, dan yang terpenting jauh dari sakit gigi. Lebih baik sakit hati, daripada sakit gigi.. uwowowo. Tahun pertama, aku membersihkan karang gigi 2x dalam 12 bulan. Tahun selanjutnya juga 2x. Tapi ditahun berikutnya hanya 1x dalam 1 tahun, karena gigi terasa masih bersih. Tahun 2019 ini, aku baru pindah ke Jogja, akhirnya aku browsing tempat scaling gigi disini, hasilnya banyak review dari artikel blogger lain yang pernah scaling di FKG UGM, jadi aku cuss deh ke RSGM FKG tersebut. 

RSGM Prof. Soedomo FKG UGM berada di Jl. Denta No. 1 Sekip Utara, Senowolo, Sleman, kalian bisa naik Transjogja dan haltenya engga jauh dari RSGM. Pertama agak bingung karena RSGM berada di antara lingkungan kampus, tapi tenang nanti bisa tanya bapak security arah RSGM-nya. Setelah masuk, disana ada resepsionis yang mengarahkan ke lantai 4 untuk scaling. Disini ada lift kok jadi jangan takut naik sampai lantai 4. Aku datang jam 2 siang, dan mereka masih menerima pendaftaran. Nah disini letak perbedaannya RSGM UGM dan RSGM di Bandung, jika di UGM masih diterima walaupun sudah lewat jam makan siang, di RS bandung hanya sampai jam 9 atau 10 pagi saja, pasiennya pun dibatasi, setauku yah, karena waktu itu aku dan temenku hampir telat daftar. Informasi jika ingin tambal gigi di RSGM Bandung (Jl. R. E. Martadinata) hanya ada 20 nomor antrian dalam sehari, jadi datanglah sebelum kehabisan nomor antrian, jika di RSGM UGM aku tidak menanyakannya. Oh ya, jika di RSGM Bandung, tindakan scaling engga bisa di cover BPJS kesehatan (tahun 2018), dan aku pikir juga berlalu di RSGM UGM yah, bodohnya aku lupa bertanya

Sampai di ruangan lantai 4, seperti biasa ada bagian administrasi, disana juga banyak calon-calon dokter yang sedang praktek. Ada jadwalnya, kalau tidak salah ingat, jika pasien ingin tindakan dari mahasiswa (aku lupa apa sebutannya) biayanya bisa lebih murah sekitar Rp. 75,000 sampai dengan Rp. 125,000 untuk tindakan pembersihan karang gigi, dan jika tindakan dilakukan oleh dokter langsung, biaya akan lebih mahal sekitar Rp. 125,000 sampai Rp. 200,000. Disini banyak mahasiswa berseliweran, sedang mengobrol ataupun mengerjakan tugas dan menangani pasien dengan nasihat ini itu khas dokter gigi. Aku belum pernah ditangani oleh calon dokter seperti ini, kurang yakin aja hehehe (maap adik-adik😁). Oke lanjut, setelah mengisi formulir identitas diri membayar biaya pendaftaran sebesar Rp. 10,000 aku menunggu dipanggil. Banyak juga pasien di siang menjelang sore ini. Disini pasien boleh pilih bersedia ditangani dokter siapa, asalkan sudah ada janji terlebih dahulu. Karena ngejer waktu, aku bersedia ditangani oleh siapa saja. 

Ruang tunggunya ada yang di dalam, berdekatan dengan ruang tindakan, ada juga yang diluar dekat dengan lorong RS. Atmosphernya dibilang suasana kampus, engga juga, dibilang suasana rumah sakit juga engga. Mungkin karena sudah siang jadi terasa sepi. Yang jelas, nyaman dan engga serem kaya rumah sakit kebanyakan, ada banyak mahasiswa juga jadi bisa cuci mata. Ha-ha-ha. Siap-siap bawa kipas juga, gerah. 

Hmmm, aku lupa berapa biaya pendaftaran di RSGM Bandung, kalau tidak salah sama juga sekitar Rp. 10,000. Perbedaanya, jika di RSGM Bandung, setelah mendaftar, pasien harus dicek berat badannya juga tekanan darahnya, lalu mengisi pernyataan panjang tentang identitas diri, wali pasien, riwayat penyakit dan alergi obat, setelah itu baru diperbolehkan ke ruangan tindakan untuk mengantri. Di RSGM UGM, tidak ada pemeriksaan seperti itu, langsung aja antri tindakan. 

Setelah sekitar satu jam menunggu, akhirnya nama aku dipanggil, namun waktu itu di map tertulis jenis kelaminku laki-laki, ada kesalahan, aku beri tahu assisten dokternya, dan mereka memperbaikinya. Ruangan tindakan kecil sekali, berbeda dengan ruangan di RSGM Bandung yang mungkin 2 sampai 3 kali lebih besar, lebih meyakinkan, hehe. Di ruangan itu ada 1 dokter yang memakai masker dan asistennya. Disini aku langsung di eksekusi, "rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr..." suara mesin panjang, kumur-kumur, dibersihkan lagi, kumur-kumur lagi, dan seterusnya sampai selesai. Disini hanya sekitar 7 menit tindakan, engga sampai 10 menit prosesnya! Cepet banget. Antara engga ada apa-apa di gigiku atau dokternya males aja, ha-ha. Seingetku, kalau tindakan di RSGM Bandung itu lumayan lama deh, minimal 10 menit, terus hasilnya cling kinclong berkilau bersih keset, memuaskan. Hasil scaling RSGM UGM ya biasa-biasa saja, keset lah lumayan. Disini aku nemuin perbedaan lagi, kalau kumur-kumur di RSGM Bandung, airnya itu dicampur semacam betadine gitu warnanya ya gitu, kuning butek, kalau di RSGM UGM airnya air biasa, bening atau mungkin dikasih obatnya bening kali yak. Nah, selesai tindakan, dokter di bandung biasa nge-review gigi pasiennya gimana, kondisinya dan apa dos and don'ts dari mereka. Mereka juga memperhatikan gigi pasiennya, mereka menghitung gigi atas ada berapa, gigi bawah juga, ada yang tanggal atau engga, bolongnya dimana aja, mereka informasikan itu ke kita dan juga meminta kita tambal gigi sebelum bolongnya makin parah. Terakhir dokter di Bandung bilang, bahwa gigiku ada yang harus ditambal, engga parah banget sih tapi sebaiknya ditambal. Pas aku tanya mengenai hal itu ke dokter UGM, dokternya bilang all is good. That's it! Itu juga karena aku yang nanya beliau tentang kondisi gigiku. Lalu dia bilang, gigiku yang ngilu banget itu jangan di sikat terlalu kenceng dibagian yang ngilu tadi. Syudah, tindakan selesai kurang dari 10 menit. (Disini kartu pasien aku hilang, aku lupa simpen dimeja dokternya. Ceroboh.)

Nah ini bagian yang aku paling benci. BAYAR. He-he-he. Pergi ke kasir, tempatnya dimana aku daftar tadi. Biaya scaling hari itu adalah Rp, 175,000 (Februari 2019). Lebih murah menurutku jika dibandingkan biaya scaling di RSGM Bandung sekitar Rp. 225,000 sampai Rp. 275,000 (belum dengan pendaftaran). Ada rupa ada harga, menurutku sih seperti itu.

Menurut pendapat pribadiku, dimana pun RSGM-nya yang terpenting alat-alatnya aman dan steril dan juga pelayanannya baik. Kedua RSGM itu cukup kok dan aku juga bakal dateng lagi tahun depan. Gimana menurut kalian?

Moon maap nih pictures -nya engga ada karena engga kepikiran banget buat ambil foto di rumah sakit, he-he. 

Well, begitulah pengalamanku, semoga bisa membantu mencerahkan siapa pun yang membutuhkan informasi ini. Jaga terus kesehatan gigi yah teman-teman, biar nanti udah tua tetep sehat.

Hope you guys have a good day. Bye.


Love 💓

sumber


P.s : update pengalaman tahun 2022

Sabtu, 05 Januari 2019

Tiket Murah Meriah, Yogya, Tasik, Bandung. Letsgetlost!

Transportasi umum


Siapa disini yang hobby travel dan suka yang gratisan ?
Nah, boleh juga nih dicoba, jalan-jalan hemat di pulau Jawa.
Awal 2019 ini aku dapat kesempatan merambah wilayah selain Bandung, maklum pengangguran nih jalan-jalan terus.

Buat yang lagi ada di kota Yogyakarta, dan belum tau kalo sekarang Trans Yogya itu bisa sampai Prambanan, lho. Waktu itu, aku berangkatnya dari halte di Malioboro, terus bayar karcis Rp. 3500, nanya ke petugasnya untuk bus yang sampai Prambanan. Kalau tak salah ingat, bus A1 deh yang aku pake waktu itu. Setelah kurang lebih 45 menit, aku sampai ke Halte Prambanan. Dari sana kalian bisa pakai delman atau jalan kaki ke kawasan Candinya. Harga pulangnya pun sama guys, jadi PP cuma 7000 rupiah. So, buat backpacker, what are you waiting for? 😁

with bestie, Vivi for 10 years friendship

Lalu, ada lagi nih informasi kereta murah (selagi masih waktu promosi ya guys), namanya Kereta Api Galunggung tujuan Kiaracondong - Tasikmalaya. Modal Rp. 0 alias gratis bisa sampai Tasikmalaya. Kabarnya tiket 0 rupiah ini bakal berakhir di tanggal 26 Januari 2019. Cara dapet tiketnya, kamu harus antre di loket di stasiun Kiaracondong atau stasiun Tasikmalaya. Lebih pagi lebih bagus, paham kan kalo yang gratisan responnya sangat banyak. Sabar aja dalam mengantre ya, jangan putus asa. 

KA Galunggung menuju Tasik

Terakhir, di awal tahun baru ini juga pemerintah membuka trayek kereta api baru, KA Pangandaran 12377 tujuan Gambir - Pangandaran. Kereta ini sedikit beda dari kereta kebanyakan, interiornya asik, nyaman dan keren aja gitu. Ada kelas Excecutive dan Ekonomi premium. Waktu itu aku pake yang Eko premium, cukup nyaman kok untuk perjalanan 3,5 jam. Kalau cara pemesanan tiket ini ada banyak cara, bisa lewat loket langsung yang artinya harus antre, bisa lewat online juga. Pemesanan waktu itu aku lakukan via Traveloka (bisa juga via tokopedia, dsb). Perbedaan ke loket dan via aplikasi adalah harga. Kalau di loket bisa Rp. 1 alias gratis, via app ada biaya tambahan yang diatur masing-masing platform, pengalaman saya pake Traveloka kena  Rp. 8022 (sudah dengan tiket, convenience fee dan potongan kode unik) untuk dua penumpang ya.. Jadi ya lumayan dong dibawah 5000 rupiah per orangnya, ketimbang saya harus antre dan gojek PP ke stasiun. Mager akut tingkat dewa.


Eko Premium KA Pangandaran 12377 Tujuan Bandung

So, gak sabar pengen travelling lagi pake transportasi umum dan kalo bisa lagi promo, kebantu banget. Dan yang paling enak pake kereta adalah bebas macet, paling telat 10 menit, jarang 1 jam, sedangkan kalau di jalan pasti padat merayap apalagi pas lagi season liburan kaya sekarang deh. 

Tertarik ?

Mumpung KA lagi banyak promo, manfaatkan kesempatan ini.

Hope you guys have a good day.


See you on my next post ! 💗