Tampilkan postingan dengan label Cerbung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerbung. Tampilkan semua postingan

Jumat, 06 Juli 2018

Perjalanan Mudik 2018 Tujuan Bima - part 1

Terpikir untuk mengabadikan kisah yang baru terulang dua puluh enam tahun kemudian. Sebuah cerita yang rasanya pantas untuk kubagikan, cerita yang mungkin akan kulakukan lagi di masa mendatang.

Cerita berikut diawali dari lebaran tahun ini. Lebaran yang berkesan. Awalnya ayah mengajak lebaran di kampung halamannya, Bima. Bagi siapa yang tidak tau dimana daerah Bima, wilayah Bima masuk ke provinsi Nusa Tenggara Barat, daerahnya ada di pulau Sumbawa. Sukunya bernama Mbojo. Oke lanjut ke cerita. Setelah perdebatan dan drama di dalam keluarga, akhirnya hanya aku, ayah dan adik bungsuku yang ikut ayah mudik. 

Dengan mobil dinas yang plat nomornya bergincu - yang tentunya surat ijin dari dinas / kantor ayah untuk membawa mobil tersebut menyebrang dari pulau Lombok ke tanah Bima sudah dikantongi - kami menyebrangi dan memulai perjalanan mudik. Sedikit aku informasikan, mengapa di awal aku menyebutkan dua puluh enam tahun adalah karena aku terakhir kali berkunjung ke Bima saat usiaku dua tahun. Kesempatan untuk mengunjungi kampung leluhur ayahku ternyata muncul di saat umurku yang ke dua puluh delapan tahun. Semua terasa baru, karena aku tak bisa mengingat apapun sejak dua puluh enam tahun kebelakang. Kecuali hal-hal kecil yang diwariskan foto masa kecilku.

Perjalanan kami mulai di jam 5 pagi selepas sahur dan solat subuh, ayah memacu mobil dari rumah kami yang terletak di Lombok Utara. Di perjalanan aku dan DD (nama adikku) baru mengetahui akan ada penumpang lain yang akan mudik dengan kami. Lalu kami menjemput salah satu kerabat yang menunggu di perpotongan jalan Udayana dan jalan Langko. Nama kerabat yang baru kukenal adalah om Yusuf, dia membawa serta anak perempuannya yang bernama Najwa. Setelah membawa serta kerabat dalam mobil yang mulai terasa sempit, ayah melanjutkan perjalanan kami menuju pelabuhan Kayangan di Lombok Timur. 

Dengan kecepatan diatas rata-rata dan keadaan jalan yang lengang, kami berhasil sampai di pelabuhan Kayangan jam delapan kurang. Pagi itu jumlah kendaraan yang mengantre untuk menyebrang sedikit, kami langsung naik ke kapal ferry setelah membayar karcis sebesar Rp. 475.000.- (kalau tidak salah ingat). 

Najwa (kiri), Aku (kanan) sedang menikmati teriknya matahari di atas kapal ferry
Penyebrangan kami tempuh selama kurang lebih dua jam. Sejujurnya dari kecil aku sangat menikmati berada di kapal laut. Pada umumnya orang akan merasa mual, pusing dan mabuk laut, tapi aku tidak pernah merasakan itu semua. Semakin kencang kapal itu berguncang, semakin asyik. Syarat agar tak mabuk laut diantaranya, kondisi badan fit dan tidak dalam keadaan lapar. Dua jam kuhabiskan sembari bercakap-cakap dengan Najwa dan om Yusuf. Percakapan yang memposisikan aku dan adikku sebagai narasumber dan om Yusuf adalah pewawancara, dengan topik bahasan yang membosankan dan memerahkan telinga. Yang unik dalam perjalan ini, Najwa tidak mabuk. Dia mengoceh dan bersikap tidak seperti anak umur 9 tahun. Kira-kira seperti ini.

Najwa (N) : Kakak punya Tik Tok ? (menyibakkan poninya yang tertiup angin)
Aku (A) dan DD (D) : ha?? Loh kok kamu tau tiktok ? (terheran-heran)
N : Punya dong. Sering saya buat video-video. (matanya mengerlip beberapa kali)
A : Emang Najwa punya HP ? 
N : Punya mamak.
A : Jangan main Tik tok lah, masih kecil. (sok menasehati)
N : Loh biarin aja, kan lucu, seru. Saya biasa sama kakak saya yang cewek kalo buat video. (kemudian dia menyanyikan lagu syantik yang lagi ngetrend lengkap dengan koreonya).

Aku dan DD menggelengkan kepala. Hening.

N : Kalian punya skusi ? (matanya mendelik)
D : Apa tu ?
N : Itu lho mainan! (dia gemas karena tidak ada yang mengerti)
D : Oooooooo squishy (lalu tertawa)
N : Iya, punyak gak ? (matanya membesar)
A : Ada. Banyak.
N : (lalu dia menjerit dan sedikit memohon). Masaaaa?!!! Mintaaaa buat saya, ih saya kepengen sekali punya squishy. (dia memegang lenganku dan menggoyang-goyangkannya)
A : Di Bandung, gak dibawa.
N : Dimana itu Bandung? Deket gak? (masih memegang lenganku)
D : Deket Najwa, sebelah Jakarta. 
N : Lah jauuuuuh sihhh, iih emang saya nggak tau Jakarta. (lalu dia ngambek).

Aku dan DD saling pandang dan tertawa. Tak peduli. Hening lagi.
N : Kalian ni tau Ria ricis ? (selidiknya)
D : Taulah
N : (Sekonyong-konyong...) Dia nge-sok ya! Sombong!!

Lah, ni bocah ngapa yak, batinku bertanya.

A : Emang kenapa, kok gitu? Gak boleh gitu. 
N : Iya dia buangin skusi ke laut.
A : (tidak tau sama sekali apa yang dibicarakan). Udah anak kecil jangan nonton itu, nonton kartun aja. 

DD dibangku ujung cekikikan sendirian.
Hening kembali menyapa. Najwa bete dan memilih tidur dipelukan ayahnya sampai ferry berlabuh pulau Sumbawa.


…………….. (part1)

Kamis, 10 Mei 2018

Malam yang dingin - Episode 2

Malam, 23.21 waktu Indonesia Galau.

Di kosnya yang minimalis dan dipenuhi poster pemain bola, Gawa merenung. Sesekali menghembuskan nafas panjang sambil mulutnya mengunyah Beng-Beng dan minum Teh Pucuk. Suara rintik hujan menemani malam itu dengan setia. Kejadian tadi sore diputar terus oleh Gawa dalam ingatannya. 

Setelah bertemu Karin, perasaannya kembali tak menentu. Tembok baja yang dia bangun begitu kokoh di dalam hatinya hancur. Meleleh, seolah Karin bisa menembus dengan satu sapaan saja. Dua bulan Gawa mencoba menghindari Karin dengan segala alasan dan mencoba hidup tenang. Sekarang pertahanannya ambruk. 

"harus gimana gue nih Kowalski ? " dengan lirih dia menoleh ke hamster peliharaannya yang sedang berlarian kesana kemari di box kacanya. Setelah 1 box Beng-beng habis dan berbotol-botol teh pucuk, dia mengambil HP dan mencoba mencari satu nama di kontak  Whatsup-nya, Dodot. Dengan enggan dia mengetik pesan,

- Dot apa kabar bro? Gue nih Gawa. Tadi sore Karin nemuin gue. Lu ada waktu kapan bro, udah lama kita nggak ngopi bareng. - 

Pesan dihapus. Gawa kehilangan percaya diri. 

" Ah sial. Karin, kalo gak elo, males banget gue WA si Dodot! " lalu tangannya melemparkan HP ke kasur dan mengambil minuman dingin di dalam plastik Alfamart.

Lalu dia mengambil lagi HP nya, dan dengan cepat menuliskan pesan, 

- Dot, lu apain lagi si Karin. Jangan nyakitin dia lagi dong, inget kan janji lu ke gue ???? Sialan lo ! Lo udah ngingkarin janji lo. Duel kita ? -

Lalu pesan itu juga dihapus. 

"Shit, gue juga ingkar janji nemuin si Karin. Eh tapi dia yang nemuin gue kali, bukan gue niat ketemu dia."

Kali ini, Gawa mengumpulkan semua kesiapannya dan mulai mengetik, 

- Hi bro, apa kabar ? -

Gawa mengirim pesan tersebut.
Dalam hati dia berharap Dodot tidak pernah menerima pesannya.

¶¶¶

Malam ini, seperti malam-malam biasanya. Dira mengecek akun Instagramnya. Post Foto tadi sore membuatnya tidak bisa tidur. Bagaimana tidak, mantan yang sudah 9 tahun ia pacari dan putus dengan alasan yang tidak pernah ia pahami akan menikah. MENIKAH !!!!!!

Tidak bisa ia bayangkan, seorang Malik yang yang ia kenal sedari SMA dan baru berpisah beberapa bulan lalu sudah menemukan pengganti dirinya. PEDIH dan SEDIH adalah kata yang paling mewakilinya saat ini. Tidak seorang pun paham akan hancurnya hati dan rasa percaya dirinya. Linangan air mata yang tidak kunjung mengering menemaninya. Dira tak ingin tidur karena tahu akan dijemput oleh mimpi buruk seperti malam-malam sebelumnya. Tapi hatinya terlalu lelah untuk bertahan. 

Dengan berani dan didorong rasa penasaran yang kuat, dia melihat lagi post foto undangan yang dibagikan oleh adik Malik. Pernikahannya akan digelar seminggu lagi. Seperti seorang FBI, Dira mencari informasi siapa orang-orang yang dapat membuat ia lebih mengenali perempuan perebut kebahagiannya. Menit demi menit berubah menjadi jam. Waktu berlalu dengan informasi yang tidak sebanding. Sampai pada satu komentar. Dira mengenali wanita di foto profile itu. Rasanya tidak asing, tapi dia tidak ingat betul dimana dia pernah bertemu. Sialnya akun wanita itu terkunci. 

Dengan hati-hati ia mencoba mengingat, nama akun tersebut adalah Karka.Putri.

"Karka...Hmmm.. Who's Karka" Dia mencoba mengingat dimana dia pernah melihat wanita ini.

Dira lalu membaca komentar Karka, mencoba mengeja kata-katanya sembari membayangkan sesosok wanita ini di dalam otaknya yang sedang malas bekerja karena terlalu lelah bekerja dan menangis.

Komentar yang tertulis, 

Hei guys, Congrats ya! Akhirnya selama dua tahun ini perjuangan tidak sia-sia. Selamat berbahagia ya. Love you 💋💕

" What?? Dua tahun ??? Gila gue diselingkuhin!!! "


Dengan berapi-api dan emosi yang berlebih Dira merasa terjun lebih dalam ke jurang kesedihan dan kehancuran. Tangisannya semakin pecah karena tidak berdaya melawan pengkhianatan yang baru diketahuinya.

Bantalnya kini sudah basah. Matanya sudah lelah.

Tapi dalam otaknya terus teringat nama Karka Putri.

¶¶¶

Dalam ruangan karaoke yang penuh dengan kolega dan teman kerja, Dodot duduk sendiri. Robby dan Fariz sudah mengajaknya untuk bernyanyi dan meminum beer. Dodot menolak. Akhirnya dia berpamitan dan memberikan uang untuk membayar room dan beer sebagai pengganti kehadirannya.

"Kenapa lo bro ? " Tanya Robby.

"Iya nih, ada masalah ya ?" lanjut Fariz.

"Nggak. Gue cuma nggak enak badan. Kalian lanjut aja. Sorry nih. Next time aja ya."

Dengan terburu-buru Dodot meninggalkan ruangan itu.

Robby dan Fariz saling berpandangan dan mengangkat bahu mereka. 

"Eh ini HP si Dodot ketinggalan bro." Kata Fariz pada saat akan duduk di sofa.

"Besok aja deh dikantor, kalau dia inget entar dia balik lagi kok." Jawab Robby.


Di tempat parkir, Dodot menyalakan rokoknya dan duduk sendiri diatas motor besarnya. Dia sedang merasakan sesuatu yang mengganjal hatinya. 

"Haruskah gue resign demi lo Rin ?"

Lalu asap yang mengepul itu hilang perlahan sampai habis dan mengantarkan Dodot pulang sambil memacu kuda besinya sendirian.

Hari itu Dodot merasakan kesepian yang membuatnya sesak.

¶¶¶


"Karin, kok ngelamun terus sih nak?" Sapaan bunda membangunkannya dari lamunan.

"Lagi mikirin apa ?" tanya bunda lagi.

"Oh nggak bun. Cuma kerjaan." Jawab Karin.

"Ah kalo kerjaan jangan dipikirin, tapi dikerjain Rin.". Lalu bunda melanjutkan, "Eh, kok Gawa nggak pernah datang lagi ya? Bunda kangen deh. Gawa itu lucu, terus suka habisin makanan bunda, jadi ngga ada sisa hehehe."

Karin tersenyum, lalu menjawab " Gawa pindah kosan bun, jauh. Jadi kalau mau kesini harus cari waktu yang pas, kasian kan macet."

"Emang pindah kemana ? Kenapa kok pindah ?"

"Gatau bun."

"Hmm.. yah Gawa, padahal seru ada dia, rame."

"Kenapa sih bun, kan ada Dodot juga sering kesini." Protes Karin.

"Ups. Sorry deh. Bunda juga suka Dodot. Cuma kalo ada Gawa kayanya lebih ceria aja. Nggak ada maksud apa apa. Udah deh kamu tidur aja. "

"Bunda nggak tidur ?"

"Nanti. Bunda jait dulu sedikit lagi. Pesenan buat diambil besok."

"Oke."

Dengan malas Karin meninggalkan bunda.

Sebelum Karin masuk ke kamar, dia mengintip bunda yang masih sibuk menjahit ditengah malam ini. Lalu dia menuju ruang tengah lagi, dan bertanya, "Bun, ada yang perlu dibantu ? Biar cepet beres aku bantuin."


"Nggak kok. Bentaran lagi aja. Kamu tidur aja. Besok kan kerja." Lalu bunda kembali konsentrasi ke mesin jahitnya.

Sebelum menutup pintu kamarnya Karin berbisik, "Bun, jangan capek-capek ya. Karin nanti bakal bikin bunda bangga."

Lalu karin melempar dirinya ke atas kasur, meratakan selimut keatas tubuhnya yang kecil dan berdoa.

"Tuhan, berikanlah Bunda kesehatan dan kekuatan untuk bertahan sampai aku bisa mengumpulkan uang untuk hidup keluargaku.

Tuhan, berikanlah kekuatan dan kesabaran untuk ku menjalani hidup ini.

Tuhan, simpanlah Dodot untukku, jangan palingkan hatinya dariku.

Tuhan, berikanlah Gawa pendamping yang baik sebaik dirinya karena dia sahabat baikku.

Amin. "


¶¶¶¶ 


01.10 Waktu Indonesia berharap.


Gawa terbangun, seolah dia terjatuh dari tempat yang tinggi. Lalu menarik selimut dan kembali tidur.
Sebelum terlelap dia menggumam, "Karin, coba lo gak pernah ketemu Dodot."

***


Minggu, 15 April 2018

Karin, kamu dimana ? - Episode 1

Sore ini, banyak pekerjaan yang harus dilakukan Dodot. 

"Dot, lu udah email laporan sales bulan Januari sampe Maret? Cepet lho ditunggu bu Vania. "

Dodot melirik sebentar ke arah Pak Gugun, dia menjawab "bentar lagi pak. Ini tinggal power point-nya doang kok."

"Dari pagi lho saya suruh kamu. Cepetan kerjain! Jam 5 sore udah harus di email." Pak Gugun berlalu meninggalkan Dodot di ruangan. 

"Ih, sialan ini boss! Gue santet lu!" Mata Dodot melotot sambil mengetikkan jarinya secara keras ke keyboard. 

Di ruangan itu hanya ada Dodot. Jam sudah menunjukkan jam 4.48 dan report yang diminta Pak Gugun harus selesai. Dengan cepat dan terburu-buru Dodot memasukan angka demi angka ke materi presentasinya. 

"Coba masih ada Karin." bisik Dodot. Lalu Dodot menghembuskan nafas panjang sambil melanjutkan pekerjaannya. 

¶¶¶


Sore ini hujan. Setelah sepanjang siang matahari sangat menyengat, akhirnya hujan deras turun. Di halte bis, Dira menunggu bis untuk pulang. Jalanan yang becek karena hujan mengotori sebagian celananya. 

"Mbak, bis arah Tol sudah lewat belum ya ?" Dira bertanya pada seseorang yang duduk disampingnya.

"Belum. Saya juga nunggu bis itu." jawab perempuan itu.

"Oh ya, terima kasih." Lalu Dira menunggu.

Sambil menunggu, Dira melihat-lihat post Instagram. Beberapa kali tersenyum kecil karena video yang muncul di explore. Sampai pada satu post, dia berhenti menscroll postnya. Post foto itu ia pandangi lama. 

"Mbak, bisnya sudah datang. Ayo mbak, bareng." Perempuan itu mengagetkan Dira yang sedang melamun.

 Dira dan perempuan itu masuk bis bersama. Mereka terpisah tempat duduk.

Dira mengeluarkan handphone-nya lagi. Tak urung, lalu ia memasukan HP -nya lagi ke dalam tas.

Sampai tujuan tol, Dira dan perempuan tadi turun.

"Lho, mbaknya turun disini juga ?" Tanya Dira.

"Eh iya. Hehe. Mau kemana mbak ?" Tanya perempuan itu.

"Saya mau ke rumah temen mbak. Tinggal naik angkot, tuh angkotnya. Mbak mau kemana ?"

"Mmmm... mau beli bolu disekitar sini. Katanya enak."

"Bolu ? Bolu apa? " Dira penasaran.

"Bolu susu pelangi. Eh, mbak tau nggak habis ini saya harus naik apa ?"

"Oooo.... iya. Mbaknya pakai angkot warna hijau nomor 06 yah. Bilang ke supirnya mau turun di depan toko Bolu Susu Pelangi."

"Terima kasih banyak mbak. Hehe"

"By the way, pasti untuk someone special ya mba bolunya? Sampe jauh-jauh gini belinya. " Dira tersenyum.

"Oh. Hehe. Hmmm... spesial ? Hmmm... gimana ya..?" Jari perempuan itu menggaruk-garuk kepalanya sambil tersenyum bingung. 

Keduanya tertawa.

"Salam kenal ya mbak. Nama saya Dira."

"Eh iya belum kenalan. Nama saya Karin."

"Tuh angkot 06 nya dateng." Dira melambaikan tangan ke arah angkot. "Pak, anter temen saya ke toko bolu pelangi yah."

"Oke non." kata supir angkot.

Karin masuk ke dalam angkot. 

"Thanks ya Dira." kata Karin sebelum masuk angkot.

"Siap. No problem. Eh entar ongkosnya cuma 3000 aja yah. Jangan lebih. Hehe." Lalu Dira melirik ke arah supir angkot yang sedikit terganggu dan mengangkat alisnya.

Angkot pun berlalu.

Dira menarik nafas panjang. 
Lalu dia teringat kembali post foto yang dia temukan.
Lalu berjalan pulang dengan enggan.

¶¶¶

Sore ini, hujan turun juga. Gawa agak kesal karena setelah hujan dia harus mencuci kembali motornya. Setelah hujan reda, dia mengisi air di ember dan mengambil kanebo lusuhnya. Setelah busa cukup banyak di ember, dia menyiramkan air sabun ke motornya, mulai menggosoknya dan menyiramya lagi. Gawa suka sekali kebersihan. Tak ada detail yang tertinggal. Mulai dari ban, ruji, spakbor sampai dalam jok motor dia bersihkan. Walaupun hanya motor matic, dia merawat motor itu dengan baik. Setelah motor bersih, dia melapnya sampai benar-benar kering, mengoleskan minyak motor sampai berkilau.

"Hei mister blacky. Now you are as handsome as me. Haha"  Gawa membanggakan pekerjaannya kepada diri sendiri.

Tiba-tiba, 

"Gawa..." suara perempuan itu mengagetkan Gawa.

"Karin ? Lha, kamu... kamu.. kamu darimana ?" Tanya Gawa bingung.

"Gawa..." Karin terisak. Lalu menangis. Matanya terpejam dan suara tangisnya pecah di halaman kosan yang becek karena hujan sore itu.

Gawa melempar kanebonya lalu berlari meraih Karin. 

"Oke. Tenang. Jangan menangis. Ayo masuk dulu. Karin please jangan nangis, oke ?"

Karin menghentikan tangisnya yang pecah.

"Gawa.. aku.." Karin menjawab terisak-isak.

"Karin, mending masuk dulu deh. Tuh liat orang-orang pada ngeliatin kita. Ayo masuk." Ajak Gawa.

Karin melanjutkan tangisannya.

"Sssttt... aduuuhh. Karin please stop it. Ayo masuk aja." Setengah memaksa dia menarik tangan Karin.

Karin masih enggan diajak masuk.

"Gawa.. GAAAWAAAA, HUAAAAA HAAAAHUUUAAAAA..." Tangisan Karin pecah lagi.

Orang-orang yang lewat melihat dan bingung. Lalu ada seseorang yang keluar dari kamar kostnya dan teriak " WOY, KALAU MAU BERANTEM DI DALEM DONG. BERISIK NIH !!!" 

"Oh ya. Maaf pak, maaf. Ini temen saya salah makan kemenyan. Jadi kesurupan dia." Jawab Gawa dengan sembarangan.

Tangisan Karin bertambah pecah.

HUAAAAAA HUAAAA HUAAAAAA

Bapak tadi melanjutkan, "KALAU KESURUPAN BIAR SAYA PANGGIL PAK USTAD. MAU NGGAK????" 

Karin berteriak. "BUKAAAAANNN GAWAA BUKAAAN. HUAAAA HUAAAAA..."

"NON, ISTIGFAR NON.. INGET NON, INGET....." Bapak tadi masih bersembunyi di balik pintu tapi masih ingin melanjutkan percakapan.

Karin terisak. Masih sambil menangis, lalu dia berteriak, "GAWAAAA AYOO MASUUUKKK, HUAAA HUAAAA..."

"tuh kan gue bilang masuk daritadi... dasar lu kepala batu." bisik Gawa.

Mereka masuk ke dalam ruangan kost yang lantainya basah karena  hujan.
Hujan sudah berhenti, tapi Karin masih merasakan hujan. Hujan di dalam hatinya, yang hari ini meledak di depan Gawa. 

¶¶¶

Jam 17.00

Telepon berdering.

Dodot mengangkat telepon dan berkata, "Halo." 

"Eh Dot, udah dikirim belum report-nya ke bu Vania ?!" Pak Gugun dari arah telepon bertanya setengah berteriak.

"iya pak bentar lagi beres." Jawab Dodot dengan malas.

"Ini lho sudah jam 5 sore. Kamu mau kirim kapan ?!" Jawab Pak Gugun marah.

"Gimana saya mau kirim, Bapak telepon saya terus! Udah pak, nanti saya WA kalau sudah kirim. Udah ya pak. " Setengah kesal Dodot menutup telepon.

Dia bersandar di kursinya. Tangannya meninju meja. Dia mengusap mukanya dengan kedua belah tangannya.

Lalu dia menarik nafas panjang. Menghembuskannya., lalu berbisik lirih, "Karin, kamu dimana sekarang ?"

¶¶¶