Kamis, 10 Mei 2018

Malam yang dingin - Episode 2

Malam, 23.21 waktu Indonesia Galau.

Di kosnya yang minimalis dan dipenuhi poster pemain bola, Gawa merenung. Sesekali menghembuskan nafas panjang sambil mulutnya mengunyah Beng-Beng dan minum Teh Pucuk. Suara rintik hujan menemani malam itu dengan setia. Kejadian tadi sore diputar terus oleh Gawa dalam ingatannya. 

Setelah bertemu Karin, perasaannya kembali tak menentu. Tembok baja yang dia bangun begitu kokoh di dalam hatinya hancur. Meleleh, seolah Karin bisa menembus dengan satu sapaan saja. Dua bulan Gawa mencoba menghindari Karin dengan segala alasan dan mencoba hidup tenang. Sekarang pertahanannya ambruk. 

"harus gimana gue nih Kowalski ? " dengan lirih dia menoleh ke hamster peliharaannya yang sedang berlarian kesana kemari di box kacanya. Setelah 1 box Beng-beng habis dan berbotol-botol teh pucuk, dia mengambil HP dan mencoba mencari satu nama di kontak  Whatsup-nya, Dodot. Dengan enggan dia mengetik pesan,

- Dot apa kabar bro? Gue nih Gawa. Tadi sore Karin nemuin gue. Lu ada waktu kapan bro, udah lama kita nggak ngopi bareng. - 

Pesan dihapus. Gawa kehilangan percaya diri. 

" Ah sial. Karin, kalo gak elo, males banget gue WA si Dodot! " lalu tangannya melemparkan HP ke kasur dan mengambil minuman dingin di dalam plastik Alfamart.

Lalu dia mengambil lagi HP nya, dan dengan cepat menuliskan pesan, 

- Dot, lu apain lagi si Karin. Jangan nyakitin dia lagi dong, inget kan janji lu ke gue ???? Sialan lo ! Lo udah ngingkarin janji lo. Duel kita ? -

Lalu pesan itu juga dihapus. 

"Shit, gue juga ingkar janji nemuin si Karin. Eh tapi dia yang nemuin gue kali, bukan gue niat ketemu dia."

Kali ini, Gawa mengumpulkan semua kesiapannya dan mulai mengetik, 

- Hi bro, apa kabar ? -

Gawa mengirim pesan tersebut.
Dalam hati dia berharap Dodot tidak pernah menerima pesannya.

¶¶¶

Malam ini, seperti malam-malam biasanya. Dira mengecek akun Instagramnya. Post Foto tadi sore membuatnya tidak bisa tidur. Bagaimana tidak, mantan yang sudah 9 tahun ia pacari dan putus dengan alasan yang tidak pernah ia pahami akan menikah. MENIKAH !!!!!!

Tidak bisa ia bayangkan, seorang Malik yang yang ia kenal sedari SMA dan baru berpisah beberapa bulan lalu sudah menemukan pengganti dirinya. PEDIH dan SEDIH adalah kata yang paling mewakilinya saat ini. Tidak seorang pun paham akan hancurnya hati dan rasa percaya dirinya. Linangan air mata yang tidak kunjung mengering menemaninya. Dira tak ingin tidur karena tahu akan dijemput oleh mimpi buruk seperti malam-malam sebelumnya. Tapi hatinya terlalu lelah untuk bertahan. 

Dengan berani dan didorong rasa penasaran yang kuat, dia melihat lagi post foto undangan yang dibagikan oleh adik Malik. Pernikahannya akan digelar seminggu lagi. Seperti seorang FBI, Dira mencari informasi siapa orang-orang yang dapat membuat ia lebih mengenali perempuan perebut kebahagiannya. Menit demi menit berubah menjadi jam. Waktu berlalu dengan informasi yang tidak sebanding. Sampai pada satu komentar. Dira mengenali wanita di foto profile itu. Rasanya tidak asing, tapi dia tidak ingat betul dimana dia pernah bertemu. Sialnya akun wanita itu terkunci. 

Dengan hati-hati ia mencoba mengingat, nama akun tersebut adalah Karka.Putri.

"Karka...Hmmm.. Who's Karka" Dia mencoba mengingat dimana dia pernah melihat wanita ini.

Dira lalu membaca komentar Karka, mencoba mengeja kata-katanya sembari membayangkan sesosok wanita ini di dalam otaknya yang sedang malas bekerja karena terlalu lelah bekerja dan menangis.

Komentar yang tertulis, 

Hei guys, Congrats ya! Akhirnya selama dua tahun ini perjuangan tidak sia-sia. Selamat berbahagia ya. Love you 💋💕

" What?? Dua tahun ??? Gila gue diselingkuhin!!! "


Dengan berapi-api dan emosi yang berlebih Dira merasa terjun lebih dalam ke jurang kesedihan dan kehancuran. Tangisannya semakin pecah karena tidak berdaya melawan pengkhianatan yang baru diketahuinya.

Bantalnya kini sudah basah. Matanya sudah lelah.

Tapi dalam otaknya terus teringat nama Karka Putri.

¶¶¶

Dalam ruangan karaoke yang penuh dengan kolega dan teman kerja, Dodot duduk sendiri. Robby dan Fariz sudah mengajaknya untuk bernyanyi dan meminum beer. Dodot menolak. Akhirnya dia berpamitan dan memberikan uang untuk membayar room dan beer sebagai pengganti kehadirannya.

"Kenapa lo bro ? " Tanya Robby.

"Iya nih, ada masalah ya ?" lanjut Fariz.

"Nggak. Gue cuma nggak enak badan. Kalian lanjut aja. Sorry nih. Next time aja ya."

Dengan terburu-buru Dodot meninggalkan ruangan itu.

Robby dan Fariz saling berpandangan dan mengangkat bahu mereka. 

"Eh ini HP si Dodot ketinggalan bro." Kata Fariz pada saat akan duduk di sofa.

"Besok aja deh dikantor, kalau dia inget entar dia balik lagi kok." Jawab Robby.


Di tempat parkir, Dodot menyalakan rokoknya dan duduk sendiri diatas motor besarnya. Dia sedang merasakan sesuatu yang mengganjal hatinya. 

"Haruskah gue resign demi lo Rin ?"

Lalu asap yang mengepul itu hilang perlahan sampai habis dan mengantarkan Dodot pulang sambil memacu kuda besinya sendirian.

Hari itu Dodot merasakan kesepian yang membuatnya sesak.

¶¶¶


"Karin, kok ngelamun terus sih nak?" Sapaan bunda membangunkannya dari lamunan.

"Lagi mikirin apa ?" tanya bunda lagi.

"Oh nggak bun. Cuma kerjaan." Jawab Karin.

"Ah kalo kerjaan jangan dipikirin, tapi dikerjain Rin.". Lalu bunda melanjutkan, "Eh, kok Gawa nggak pernah datang lagi ya? Bunda kangen deh. Gawa itu lucu, terus suka habisin makanan bunda, jadi ngga ada sisa hehehe."

Karin tersenyum, lalu menjawab " Gawa pindah kosan bun, jauh. Jadi kalau mau kesini harus cari waktu yang pas, kasian kan macet."

"Emang pindah kemana ? Kenapa kok pindah ?"

"Gatau bun."

"Hmm.. yah Gawa, padahal seru ada dia, rame."

"Kenapa sih bun, kan ada Dodot juga sering kesini." Protes Karin.

"Ups. Sorry deh. Bunda juga suka Dodot. Cuma kalo ada Gawa kayanya lebih ceria aja. Nggak ada maksud apa apa. Udah deh kamu tidur aja. "

"Bunda nggak tidur ?"

"Nanti. Bunda jait dulu sedikit lagi. Pesenan buat diambil besok."

"Oke."

Dengan malas Karin meninggalkan bunda.

Sebelum Karin masuk ke kamar, dia mengintip bunda yang masih sibuk menjahit ditengah malam ini. Lalu dia menuju ruang tengah lagi, dan bertanya, "Bun, ada yang perlu dibantu ? Biar cepet beres aku bantuin."


"Nggak kok. Bentaran lagi aja. Kamu tidur aja. Besok kan kerja." Lalu bunda kembali konsentrasi ke mesin jahitnya.

Sebelum menutup pintu kamarnya Karin berbisik, "Bun, jangan capek-capek ya. Karin nanti bakal bikin bunda bangga."

Lalu karin melempar dirinya ke atas kasur, meratakan selimut keatas tubuhnya yang kecil dan berdoa.

"Tuhan, berikanlah Bunda kesehatan dan kekuatan untuk bertahan sampai aku bisa mengumpulkan uang untuk hidup keluargaku.

Tuhan, berikanlah kekuatan dan kesabaran untuk ku menjalani hidup ini.

Tuhan, simpanlah Dodot untukku, jangan palingkan hatinya dariku.

Tuhan, berikanlah Gawa pendamping yang baik sebaik dirinya karena dia sahabat baikku.

Amin. "


¶¶¶¶ 


01.10 Waktu Indonesia berharap.


Gawa terbangun, seolah dia terjatuh dari tempat yang tinggi. Lalu menarik selimut dan kembali tidur.
Sebelum terlelap dia menggumam, "Karin, coba lo gak pernah ketemu Dodot."

***


0 komentar:

Posting Komentar