Minggu, 15 April 2018

Karin, kamu dimana ? - Episode 1

Sore ini, banyak pekerjaan yang harus dilakukan Dodot. 

"Dot, lu udah email laporan sales bulan Januari sampe Maret? Cepet lho ditunggu bu Vania. "

Dodot melirik sebentar ke arah Pak Gugun, dia menjawab "bentar lagi pak. Ini tinggal power point-nya doang kok."

"Dari pagi lho saya suruh kamu. Cepetan kerjain! Jam 5 sore udah harus di email." Pak Gugun berlalu meninggalkan Dodot di ruangan. 

"Ih, sialan ini boss! Gue santet lu!" Mata Dodot melotot sambil mengetikkan jarinya secara keras ke keyboard. 

Di ruangan itu hanya ada Dodot. Jam sudah menunjukkan jam 4.48 dan report yang diminta Pak Gugun harus selesai. Dengan cepat dan terburu-buru Dodot memasukan angka demi angka ke materi presentasinya. 

"Coba masih ada Karin." bisik Dodot. Lalu Dodot menghembuskan nafas panjang sambil melanjutkan pekerjaannya. 

¶¶¶


Sore ini hujan. Setelah sepanjang siang matahari sangat menyengat, akhirnya hujan deras turun. Di halte bis, Dira menunggu bis untuk pulang. Jalanan yang becek karena hujan mengotori sebagian celananya. 

"Mbak, bis arah Tol sudah lewat belum ya ?" Dira bertanya pada seseorang yang duduk disampingnya.

"Belum. Saya juga nunggu bis itu." jawab perempuan itu.

"Oh ya, terima kasih." Lalu Dira menunggu.

Sambil menunggu, Dira melihat-lihat post Instagram. Beberapa kali tersenyum kecil karena video yang muncul di explore. Sampai pada satu post, dia berhenti menscroll postnya. Post foto itu ia pandangi lama. 

"Mbak, bisnya sudah datang. Ayo mbak, bareng." Perempuan itu mengagetkan Dira yang sedang melamun.

 Dira dan perempuan itu masuk bis bersama. Mereka terpisah tempat duduk.

Dira mengeluarkan handphone-nya lagi. Tak urung, lalu ia memasukan HP -nya lagi ke dalam tas.

Sampai tujuan tol, Dira dan perempuan tadi turun.

"Lho, mbaknya turun disini juga ?" Tanya Dira.

"Eh iya. Hehe. Mau kemana mbak ?" Tanya perempuan itu.

"Saya mau ke rumah temen mbak. Tinggal naik angkot, tuh angkotnya. Mbak mau kemana ?"

"Mmmm... mau beli bolu disekitar sini. Katanya enak."

"Bolu ? Bolu apa? " Dira penasaran.

"Bolu susu pelangi. Eh, mbak tau nggak habis ini saya harus naik apa ?"

"Oooo.... iya. Mbaknya pakai angkot warna hijau nomor 06 yah. Bilang ke supirnya mau turun di depan toko Bolu Susu Pelangi."

"Terima kasih banyak mbak. Hehe"

"By the way, pasti untuk someone special ya mba bolunya? Sampe jauh-jauh gini belinya. " Dira tersenyum.

"Oh. Hehe. Hmmm... spesial ? Hmmm... gimana ya..?" Jari perempuan itu menggaruk-garuk kepalanya sambil tersenyum bingung. 

Keduanya tertawa.

"Salam kenal ya mbak. Nama saya Dira."

"Eh iya belum kenalan. Nama saya Karin."

"Tuh angkot 06 nya dateng." Dira melambaikan tangan ke arah angkot. "Pak, anter temen saya ke toko bolu pelangi yah."

"Oke non." kata supir angkot.

Karin masuk ke dalam angkot. 

"Thanks ya Dira." kata Karin sebelum masuk angkot.

"Siap. No problem. Eh entar ongkosnya cuma 3000 aja yah. Jangan lebih. Hehe." Lalu Dira melirik ke arah supir angkot yang sedikit terganggu dan mengangkat alisnya.

Angkot pun berlalu.

Dira menarik nafas panjang. 
Lalu dia teringat kembali post foto yang dia temukan.
Lalu berjalan pulang dengan enggan.

¶¶¶

Sore ini, hujan turun juga. Gawa agak kesal karena setelah hujan dia harus mencuci kembali motornya. Setelah hujan reda, dia mengisi air di ember dan mengambil kanebo lusuhnya. Setelah busa cukup banyak di ember, dia menyiramkan air sabun ke motornya, mulai menggosoknya dan menyiramya lagi. Gawa suka sekali kebersihan. Tak ada detail yang tertinggal. Mulai dari ban, ruji, spakbor sampai dalam jok motor dia bersihkan. Walaupun hanya motor matic, dia merawat motor itu dengan baik. Setelah motor bersih, dia melapnya sampai benar-benar kering, mengoleskan minyak motor sampai berkilau.

"Hei mister blacky. Now you are as handsome as me. Haha"  Gawa membanggakan pekerjaannya kepada diri sendiri.

Tiba-tiba, 

"Gawa..." suara perempuan itu mengagetkan Gawa.

"Karin ? Lha, kamu... kamu.. kamu darimana ?" Tanya Gawa bingung.

"Gawa..." Karin terisak. Lalu menangis. Matanya terpejam dan suara tangisnya pecah di halaman kosan yang becek karena hujan sore itu.

Gawa melempar kanebonya lalu berlari meraih Karin. 

"Oke. Tenang. Jangan menangis. Ayo masuk dulu. Karin please jangan nangis, oke ?"

Karin menghentikan tangisnya yang pecah.

"Gawa.. aku.." Karin menjawab terisak-isak.

"Karin, mending masuk dulu deh. Tuh liat orang-orang pada ngeliatin kita. Ayo masuk." Ajak Gawa.

Karin melanjutkan tangisannya.

"Sssttt... aduuuhh. Karin please stop it. Ayo masuk aja." Setengah memaksa dia menarik tangan Karin.

Karin masih enggan diajak masuk.

"Gawa.. GAAAWAAAA, HUAAAAA HAAAAHUUUAAAAA..." Tangisan Karin pecah lagi.

Orang-orang yang lewat melihat dan bingung. Lalu ada seseorang yang keluar dari kamar kostnya dan teriak " WOY, KALAU MAU BERANTEM DI DALEM DONG. BERISIK NIH !!!" 

"Oh ya. Maaf pak, maaf. Ini temen saya salah makan kemenyan. Jadi kesurupan dia." Jawab Gawa dengan sembarangan.

Tangisan Karin bertambah pecah.

HUAAAAAA HUAAAA HUAAAAAA

Bapak tadi melanjutkan, "KALAU KESURUPAN BIAR SAYA PANGGIL PAK USTAD. MAU NGGAK????" 

Karin berteriak. "BUKAAAAANNN GAWAA BUKAAAN. HUAAAA HUAAAAA..."

"NON, ISTIGFAR NON.. INGET NON, INGET....." Bapak tadi masih bersembunyi di balik pintu tapi masih ingin melanjutkan percakapan.

Karin terisak. Masih sambil menangis, lalu dia berteriak, "GAWAAAA AYOO MASUUUKKK, HUAAA HUAAAA..."

"tuh kan gue bilang masuk daritadi... dasar lu kepala batu." bisik Gawa.

Mereka masuk ke dalam ruangan kost yang lantainya basah karena  hujan.
Hujan sudah berhenti, tapi Karin masih merasakan hujan. Hujan di dalam hatinya, yang hari ini meledak di depan Gawa. 

¶¶¶

Jam 17.00

Telepon berdering.

Dodot mengangkat telepon dan berkata, "Halo." 

"Eh Dot, udah dikirim belum report-nya ke bu Vania ?!" Pak Gugun dari arah telepon bertanya setengah berteriak.

"iya pak bentar lagi beres." Jawab Dodot dengan malas.

"Ini lho sudah jam 5 sore. Kamu mau kirim kapan ?!" Jawab Pak Gugun marah.

"Gimana saya mau kirim, Bapak telepon saya terus! Udah pak, nanti saya WA kalau sudah kirim. Udah ya pak. " Setengah kesal Dodot menutup telepon.

Dia bersandar di kursinya. Tangannya meninju meja. Dia mengusap mukanya dengan kedua belah tangannya.

Lalu dia menarik nafas panjang. Menghembuskannya., lalu berbisik lirih, "Karin, kamu dimana sekarang ?"

¶¶¶


0 komentar:

Posting Komentar