Rabu, 15 Februari 2012

Ternyata bahasa Inggris saya masih lumayan hahaha xD

Sore-sore jemput pacar buat jalan-jalan. Pas nungguin doi siap-siap, lewat mang tukang jajanan, aku lupa apa nama jajanan itu, pokoknya dari telur, terus di masak di loyang yang bunder-bunder. Satu telur bisa dibuat 10 sampai 12 biji bunderan. Mirip kue lumpur, tapi jauh lebih kecil, disajikan dengan saos. Jajanan SD dulu, ada yang tau nama jajanan ini?? Ada telur ayam, telur puyuh ato gabungan dari kedua telur. 
"mau telur yang mana neng?"
"telur ayam aja deh mang. Sabaraha?"
"dua rebu maratus neng"
"sakumaha mang meunang na?"
"pull neng, saloyang ieu bisa pinuh"
"nyak eta weh mang"
Si mang langsung membuat adonannya. Sebutir telur dipecahkan dan diberi bumbu. Si mang mengocok telur ayamnya di sebuah gelas plastik. Sambil menunggu jajanan telur jadi, kami mengobrol.
"mang naha masih pake minyak tanah? emang masih ada?" tanyaku.
"iya neng ada. Ini kalo pake gas teh takut ke anak-anaknya. Kan suka pada maenin kompor tuh neng, jadi lebih aman pake kompor. mang mah sayang ke anak-anak aja, biarlah mahal asal selamat" katanya.
"brapa mang seliternya?"
"11 ribu neng"
"wah mahal pisan"
"iya neng"
"dimana belinya?"
"itu di pak haji pinggir jalan"
"oh yang sekalian jual beras itu ya?"
"nah eta bener neng"
Lalu loyang di beri minyak goreng. 
"jarang neng sekarang mah yang beli jajanan ini teh"
"kenapa mang?"
"yah sudah terlalu banyak yang dagang sekarang mah"
"oh gitu mang. dulu saya suka beli jajanan gini mang, dulu mah pake lidi telurnya di buntel-buntel"
"iya neng, sekarang juga masih ada da"
Anak-anak kecil datang menghampiri. Mereka cuma melihat, mungkin tidak ada uang jajan lagi jadi mereka tidak bisa membeli.
"nih mau dibalik sama neng aja telurnya? sapa tau mau mengenang masa kecil.."
"ah ngga, ku mang weh, saya ga bisa, hehe"
Dengan cepat si mamang membalik bundaran telur yang ada diloyang.
"sebentar lagi ya neng"
"iyah. 2500 kan mang? "
"muhun"
Aku lalu membuka dompet mau mengambil uang, tiba-tiba datang seorang kakek. 
Dia berkata, "plenty of money.."
Aku bengong.
"what?" kataku.
"plenty of money.." katanya.
"plenty..?" aku bingung. Bertanya ke doi dia juga kurang mengerti.
"plenty itu banyak" kata si kakek.
"oohh.. much money.." aku mengerti.
"Yes, you have plenty of money.."
Aku cuma tersenyum. Telurnya sudah jadi.
"ini neng"
"iya mang"
Aku makan dan menawarkan pada kakek itu.
"you want some?"
"what is that?"
"egg, fried egg" dengan asal saja aku menjawab, aku juga gatau apa namanya jajanan ini.
"if you want pay it" katanya.
"okey I will"
"but i dont like hot"
Lalu si mang bengong dan bertanya, "neng jadinya gimana?" mukanya kelihatan bingung sekali.
"mang buatin satu lagi yah buat kakek ini, tapi jangan pake saos yah"
"oh gitu neng, iya atuh"
Mang lalu membuat lagi racikan telurnya.
"Thank you" kata kakek itu.
"Welcome"
"what is your name?"
"Risti, and you?"
"Grandpa Pe Ca'"
"Grandpa Pe Ca'??" aku mengulangi kata itu. Sebenernya aku juga ga begitu jelas siapa namanya. Ya kedengerannya Pe Ca'.
Lalu si doi bertanya, "where do you live Grandpa?"
"I live at Wisma Werda"
"oh"
Aku melanjutkan bertanya, " where do you come from?"
"from Ambon"
"wow it is far"
"and you, where do you learn your English?"
"I learn by my self"
"oh yaa? it is very good"
Seneng banget dibilang gitu, padahal bahasa inggris gue biasa-biasa aja HAHAHA
"what time is it? tanyanya.
(jam enam kurang 15 apa ya? aku lupa bahasa inggrisnya, yg muncul dingetan gue malah "viertel vor sechs, bahasa jermannya) aku berkata dalem hati. Tapi aku jawab juga, "almost six" dan menunjukkan jam tanganku kepadanya.
"where do you study?" tanyanya lagi.
"im student, at UPI. Universitas Pendidikan Indonesia."
"oya" dia mengangguk.
Tanpa tau darimana anak-anak yang datang semakin banyak. Aku bingung darimana anak-anak ini datang. Mereka berseru, "ieu ngomong inggris???"
"but i learn deutsch, germany"
"wow. Ich liebe dich" katanya.
"Danke" sambil tersenyum aku cuma bilang itu. Gak mungkin aku bales ich liebe dich auch. HAHA
Si doi memanggil, "ayo pergi, nanti kemaleman"
Aku lalu membayar ke mang dan bilang "mang, itu telurnya buat orang ini. jangan dipakein saos ya"
"siap neng" 
Lalu aku pamitan dengan Grandpa, "Grandpa, i must go. That's yours, just wait  untill the egg is ready"
"okey thank you. what's your name again? i forgot"'
"Risti"
"Risti, i'm Grandpa Pe Ca', but my real name is Nayo"
"okey Grandpa, nice to meet you"
Kami bersalaman, anak-anak semakin banyak, seperti nonton bola banyaknya.
Aku pergi dan meninggalkan kerumunan.
2 hal yang aku pelajari dari 2 pria tadi.
Mang tukang jajanan: Dia menyenangkan, mudah bergaul, pekerja keras. Dengan jajanan itu dia bertahan hidup, mungkin dari situ tak seberapa untung yang dia dapatkan. Tapi jaman semakin keras. Kita dituntut untuk lebih kreatif. Jika hanya mengandalkan jajanan telur, mungkin suatu saat akan tersingkir kedudukannya. Setelah dipikir-pikir, membuat jajanan tadi bisa kita lakukan di rumah. Dengan budget yang lebih murah tentunya. Belum lagi issue tentang jajanan anak yang mengandung bahan-bahan berbahaya, membuat ibu sekarang membatasi anaknya jajan. Ini membuat tukang jajanan pinggiran sulit mendapat konsumen dan menuntut mereka untuk lebih kreatif.
Grandpa Pe Ca' : Pria tua, tegap, pintar dan ramah ini membuat aku berpikir, begitu bosannya tinggal di panti jompo, tanpa keluarga dan cucu yang menghibur. Aku langsung membayangkan kakek dan abahku yang masih diberi umur dan kesehatan sampai sekarang. Semoga aku menjadi cucu yang dapat dibanggakan. Amin. Mungkin keadaan di panti jompo tidak sesedih yang aku bayangkan, tp menurutku lebih nyaman jika kedua orangtua kita masih kita yang mengurus, karena yang mengurus kita dulu ya mereka juga. Beda dengan di Jerman, misalnya, disana memang mereka yang memilih sendiri untuk hidup di panti jompo. Mereka tidak mau merepotkan anaknya, sebagaimana mereka tidak mengurusi orang tuanya terdahulu. Namun setau saya panti jompo di Jerman itu menyenangkan, orang yang tinggal disana tidak hanya duduk dan menonton televisi, namun lebih banyak berwisata keluar rumah, menikmati waktu luang yang tidak mereka nikmati di waktu muda. Karena biasanya orang muda disana sangat sibuk bekerja.

Namun apapun yang saya dapatkan dari kedua orang itu, tetap menjadikan pengalaman itu berharga, dan membuat saya sadar bahwa, bahasa inggris saya tidak terlalu buruk. Syukurlah.. HAHAHA


0 komentar:

Posting Komentar