Sabtu, 02 Maret 2019

Jalan-Jalan di Kebun Raya Bogor

Good Day Everyone..

Tahun baru kali ini, saya berkesempatan untuk mengunjungi kota Jakarta. 

Hi Ibukota! Hi kota kelahiranku..!

Di Jakarta, konon katanya banyak yang datang dan menggantungkan asanya untuk sukses dan mendapat kualitas kehidupan yang lebih baik. Semua ras, kasta dan warna kuliat menyatu demi sebuah citra hidup yang lebih baik. Berceceran, tumpah ruah di sela-sela gedung dan menara yang menjulang tinggi menggapai langit. Sudah cukup berpuisinya. 

Disini, saya mencoba menguraikan rencana yang akan dikerjakan selama setahun kedepan. Atmospher kerja keras, ambisi serta kompetisi sangat semerbak di kota-kota besar, automatically pun Jakarta. Semua bergerak serba cepat, serba akurat, serba tepat. Saya ingin masa depan yang cerah, tapi bukan di Jakarta. Di sela-sela berpikir dan mengganggur, Jakarta berhak saya sentuh. Berjalan berkelana ke sisi-sisi luarnya saja sudah cukup, jangan mengenal lebih dekat, takut jatuh cinta dan tak ingin pulang.

So, after few days in Jakarta, I called my friends here and made a day to meet up. Karena pengen keluar dari hedonnya ibukota kita berencana mengunjungi Bogor Botanical Garden. Jadilah kita bertemu di stasiun Pondok Cina dan menuju Bogor menaiki KRL. Saya, Mewa dan Anto, 3 bocah yang akan beranjak umur 30 beberapa tahun lagi ini berjumpa setelah bertahun tak bertemu. Suasana KRL Bogor Sabtu pagi itu nggak terlalu sesak, kita bertiga mendapat tempat duduk yang nyaman sampai stasiun Bogor. Harga tiket KRL-nya hanya Rp. 6000 saja permirsah. Lanjut dari stasiun, kami numpak angkot dengan ongkos goceng aja sampai pintu gerbang Kebun Raya Bogor. HTM nya sekitar Rp. 15.000 (dan ini ditraktir mbak Mewasari, maturnuwun :3 ) Lanjuutt, kebun ini bener-bener guueeeedeeeeeek bangaaat dah. Penjelajahan pertama di KRB, kita cuss langsung ke rumah Anggrek dan mencuri beberapa foto anggrek yang cantik. Karena pada dasarnya saya adalah orang yang tidak suka selpi alias pemalesan, jadilah hanya foto-foto anggrek yang memenuhi galeri foto. To be frank saya gak paham dunia tumbuh-tumbuhan macem ini, walopun dulu jurusan IPA gak akan menjamin lu masih hapal nama tumbuh-tumbuhan dalam bahasa latin, wong dalam bahasa endonesia aja tak kenal. Akhirnya di rumah Anggrek ini, saya hanya menikmati suasana lembab, tenang dan segar yang ditawarkan jutaan tetumbuhan disini. Sweger tenaaannn.. Rasanya tak ingin pulang, suasana nyaman untuk menghabiskan sepanjang hari dengan secangkir teh hangat dan teman hidup. Joms, jangan iri.


Mewa dari belakang kaya anak ilang :p

Anggrek ...... (isi sendiri)

Setelah hampir setengah jam menghabiskan waktu ngelamun di bongkahan kayu menghadap ke air terjun buatan yang mengundang banget orang baca : saya untuk nyemplung kesitu, kita harus mengunjungi tempat-tempat lain yang gak kalah seru. Lesgoooo! Keluar dari taman anggrek, perjalanan dimulai.

BTW, Kebon selebar kebun teh gini, pengkor deh kaki kalo jalan sampe sudut-sudutnya. FYI, ada juga fasilitas mini bus dan sewa sepeda buat pengunjung yang tidak terbiasa berjalan kaki. Harganya saya kurang tau. Kaum missqueen.

Jalan, terus jalan sampai akhirnya ujan deras pemirsah... Langkah kami harus terhenti setelah mengunjungi taman aquatic. Sudah satu jam belum juga reda. Untuk membunuh waktu - sebagai teman yang berjuang bersama selama 4.5 tahun lamanya - saya dan Miu menghabiskan waktu dengan berbincang tentang apa yang terjadi di kehidupan masing-masih selama ini, secara garis besar sampai ke detailnya. Anto sorry dicuekin ya. Moon maap, girls are so fussy.


Sesungguhnya ini esensi dari kesempatan bertemu: bercerita dan mendengarkan cerita.

Setelah berjam lamanya kita bertukar kabar dan keadaan, hujan mereda, mengundang untuk pulang. Niat berjelajah sudah urung. 
Selepas duhur, kami bersiap makan siang. Di era serba teknologi ini, mudah menemukan makanan, setelah googling kami memutuskan untuk makan bakso. Cuaca dingin dan perut keroncongan seperti ini tak ada lagi yang mengalahkan kenikmatan kuah bakso daging segar yang pedas menggoda iman. Setelah browsing bakso enak di Bogor muncul deh Bakso Tulang Rusuk dan kita naik gocar menuju kedai bakso tersebut. Owemjiiiiii ternyata enaaakss banget inih bakso dan mie ayamnya, recommended. Kita pengen nambah tapi ragu-ragu, takut ongkos pulang nggak cukup.


Kalo gak salah alamatnya di Jl. Pahlawan Bondongan, naik Gocar cuma 10 menit. Ada rasa ada harga, standard deh makan b3 gak sampe 150 ribu kok (maturnuwun Anto sudah mbayarin jajan kita.. muehehe ).
Dua jam berlalu, topik pembicaraan kami tidak pernah habis, dari pengalaman kerjaan, tempat tinggal, kondisi Jakarta, politik bahkan sampai bahasan mantan dan pasangan tak luput dari perbincangan 3 petualang dadakan ini. Setelah ashar, kami berniat membeli oleh-oleh. Kue lapis talas menjadi pilihan. Lagi-lagi, pilihan kami cocoks, kuenya sangat enak. Lapis Talas Sangkuriang yang rasa Kopi, Mantab Jiwa. Akhirnya waktu berpisah tiba, dan stasiun adalah penandanya. Kami berpisah di stasiun Pocin setelah berswafoto di KRL yang sesak dengan orang. Bodo amatlah ya. 


Anto (temen SMA) - Selena Gomez - Miu (temen kuliah)
Pertemuan ini saya sikapi sebagai penanda bahwa berkawan itu penting, bertemu dan mengetahui seseorang disana mengenali kita, mendukung kita dan menghabiskan masa mudanya dengan kita, sungguh sangat berarti. Disini manusia sebagai makhluk sosial menemukan identitasnya, bersosialisasi dan berkumpul adalah kebutuhan batiniah, bercanda dan bernostalgia adalah berkah, tak semua orang memiliki kesempatan ini. 

Kebun raya bogor membentuk cerita baru, sebaris kenangan dibuku hidupku. Terima kasih atas kesempatan ini, sampai berjumpa lagi, kawan. 


surrounded by orchid, photo was taken by Anto

10 years of friendship, photo was taken by Anto

0 komentar:

Posting Komentar